Kesawan adalah kawasan bersejarah yang ada di Medan, Sumatra Utara. Kesawan memiliki beberapa keistimewaan tersendiri dibandingkan daerah – daerah lainnya di kota Medan dari segi sejarah, arsitektur, maupun kuliner. Daerah yang dijuluki ‘Kota Lama’ ini berada di posisi paling strategis di kota Medan. Di kawasan ini kita sudah bisa berkunjung ke sebagian besar situs bersejarah terkenal di kota Medan seperti Rumah Tjong A Fie, Gedung Warenhuis, Lapangan Merdeka (masih dalam tahap pembangunan) hingga Kantor Pos Medan (Pos Bloc). Di daerah ini juga terdapat Stasiun Kereta Api Medan, JW Marriot, Pusat Perbelanjaan Podomoro Deli Park, dll.
Wilayah Kesawan
Wilayah Kesawan mencakup kawasan bersejarah di pusat kota yang terletak di Kecamatan Medan Barat. Secara umum, Kesawan mencakup beberapa ruas jalan penting dan terkenal, seperti :
1. Jalan Ahmad Yani
Dulu dikenal sebagai Kesawan Street. İni adalah jalan utama di kawasan Kesawan, yang dimana banyak bangunan kolonial dan peninggalan bersejarah di kawasan ini, seperti Tjong A Fie Mansion dan Tip Top Restaurant. Jalan ini juga sering menjadi pusat kegiatan, terutama untuk wisata kuliner dan sejarah.
2. Jalan Balai Kota
Jalan ini menghubungkan area Kesawan dengan Balai Kota Medan. Jalan ini juga merupakan bagian dari Kesawan yang berdekatan dengan Lapangan Merdeka dan Stasiun Kereta Api Medan.
3. Jalan Hindu
Jalan ini dikenal dengan beberapa bangunan tua dan merupakan salah satu jalur di sekitar Kesawan yang menjadi tempat komunitas etnis tertentu, seperti India Tamil, beraktivitas.
4. Jalan Perniagaan
Dulunya wilayah ini merupakan pusat perdagangan dan perniagaan di kota Medan, dimana banyak pedagang dari berbagai etnis yang menjalankan bisnis mereka disini.
Keistimewaan Kesawan
Sebagai salah satu kawasan paling bersejarah di Kota Medan, wilayah Kesawan memiliki beberapa keistimewaan. Diantaranya:
1. Sejarah Kota Medan
Kesawan merupakan salah satu daerah yang menjadi pusat perkembangan kota Medan pada masa penjajahan Belanda. Wilaya Kesawan dulunya menjadi tempat pertemuan para pedagang, tuan tanah, pengusaha dari berbagai etnis , seperti Tionghoa, Melayu, India, hingga bahkan Eropa. Banyak tokoh – tokoh terkenal di dunia yang pernah datang ke Medan untuk urusan bisnis, dll. Karena itu Kesawan tidak hanya menyimpan sejarah perkembangan ekonomi, namun juga dinamika sosial dan budaya yang menarik.
2. Warisan Arsitektur Belanda
Sebagai salah satu kawasan tertua di kota Medan, Kesawan menjadi salah satu kawasan dengan banyak bangunan bergaya arsitektur Belanda yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Contohnya seperti Gedung Warenhuis. Bangunan lainnya yang terkenal di Kawasan adalah Tjong A Fie Mansion. Rumah bersejarah milik pengusaha dan filantropis terkenal di kota Medan ini, menjadi salah satu situs bersejarah di kota Medan yang masih banyak dikunjungi turis lokal maupun mancanegara.3. Kawasan Kuliner Populer dan Bersejarah
Selain sebagai tempat dengan banyak situs bersejarah, Kesawan juga dikenal sebagai pusat kuliner legendaris di kota Medan loh. Salah satu ikon kuliner yang paling populer adalah Tip Top Restaurant. Restoran bergaya vintage yang telah beroperasi sejak tahun 1934 ini terkenal dengan menu Eropa dan Indonesia. Suasana klasik yang mempertahankan arsitektur dan interior sejak zaman kolonial, membuat restoran ini masih digemari banyak orang untuk berkunjung.
4. Kesawan City Walk
Tidak cuma Citayem loh, Medan juga punya yang namanya city walk. Siapa nih yang masih nggak tahu dengan Kesawan City Walk? Beberapa saat yang lalu, Kesawan dijadikan sebagai Kesawan Cıty Walk, sebuah kawasan pejalan kaki yang menghubungkan pengunjung dengan berbagai objek wisara bersejarah, sekaligus menjadi destinasi kuliner. Di malam hari, Kesawan City Walk hadir dengan berbagai kios makanan lokal yang menawarkan hidangan khas Medan seperti sate Padang, nasi goreng, lontong Medan, dll.
5. Keberagaman Budaya
Kesawan adalah salah satu cerminan harmonisasi berbagai budaya yang hidup berdampingan di kota Medan. Sebagaimana yang kita tahu, kota Medan terutama daerah Kesawan sudah sejak lama menjadi tempat berkumpul, tempat tinggal, dan tempat berbisnis oleh banyak pengusaha dan komunitas dari berbagai suku dan etnis seperti Tionghoa, Melayu, India, dan Jawa bahkan hingga Eropa. Dengan sejarah yang begitu panjang antar berbagai suku, budaya, dan agama, menjadikan Kesawan sebagai area dengan keberagaman budayanya yang kaya dan dinamis. Kesawan menjadi simbol penting dari perjalanan sejarah dan perkembangan kota Medan, dengan daya tarik arsitektural, kuliner, serta nilai – nilai multikultural yang tetap lestari hingga saat ini,
MEDAN HERITAGE
Nah, beberapa waktu lalu, aku bersama ibuku berkesempatam hadir dalam Cakap – Cakap Melayu Volume 2 yang mengambil tema Menjajaki Kampong Kesawan Dulu, Kini, dan Nanti yang diadakan oleh komunitas Medan Heritage, Prodia Widyahusada, Duta Damai Sumut, Malay Creative Project, dan Avros Cafe. Avros cafe sendiri merupakan salah satu bangunan bersejarah di kota Medan. Di lantai dua, kita dapat menjelajahi museum perkebunan kedua selain yang ada di jalan Brigjen Katamso.
Acara ini membahas tentang sejarah Kesawan yang awalnya hanya sebuah kampung di kota Medan hingga menjadi bagian penting dan bersejarah dari kota Medan itu sendiri. Pada acara ini hadir juga Tengku Haris sebagai peminat sejarah yang menyampaikan materi tentang JENAKA (Jelajah Sejarah Kota) dan Tuanku Sultan Deli XIV Mahmud Aria Lamantjiji Perkasa Alam Shah.
Tuanku Sultan Mahmud Aria Lamantjiji |
SEJARAH KESAWAN
TUANKU PANGLIMA PERUNGGIT yang menurut setengah kisah bergelar "KEJERUAN PADANG" (1634- 1700) yang menaklukkan Kesawan. Ia kawin dengan adik raja Sukapiring, bernama PUANG UPIH. Tampaknya sejak Aceh lemah di bawah pimpinan Raja perempuan ( Sultanah Tajul Alam Tsafiatuddin ), Panglima Perunggit ini ingin berdiri sendiri dan melepaskan diri dari Aceh di tahun 1669, yang mengakibatkan Aceh terpaksa mengirimkan beberapa perahu perangnya. Ia mangkat dan dikuburkan dekat Sungai Deli. ( Jalan Raden Saleh dekat titi Benteng di Medan ) dan dikenal dengan nama "MARHOM KESAWAN". Menurut kisah lain ia bermakam di Kota Bangun. Semasa hidupnya, menurut kisah ia pernah melawat ke Jawa dan terkenal dalam perang Kesawan ini dengan mempergunakan pasukan berkuda (kavaleri) yang pertama-tama di daerah ini.
Laporan ekspedisi ke Batak landen ini ditulis dengan baik oleh Baron de Raet van Cat. Rombongan ekspedisi ini berangkat tanggal 9 Desember 1866. Pada pagi hari pukul sembilan berangkat dari Labuan, Ibukota Deli, kami akan menuju Kampong Baru yang diperkirakan akan tiba pukul lima sore. Beberapa kampong yang kami lewati adalah Kampong Alai, Kampung Gengah ( mungkin maksudnya Tengah), Kampong Besar, Rantoe-Blimbing, Mertoeboeng, Rengas Sambilan, Kota Bangon, Mabar, Rengas Sekoepang, Poeloe Braian, Gloegoer, Medan Poetri, Kesawan dan Tebing Tinggi.
“Menurut sumber lain mengatakan, nama Kesawan berasal dari bahasa karo yakni kata KESAIN, yang artinya halaman luas ( fungsinya sebagai pusat perdagangan, pusat pertemuan dan pusat transportasi ).”
Dalam sebuah acara resmi perayaan ulang tahun Gemeente Medan di sebutkan “Medan sebelum lima puluh tahun yang lalu ( -/+ 1863 ) di pertemuan sungai Babura dan sungai Deli terdapat sebuah kampung melayu kecil “ yang sama sekali tidak berbeda dengan kampung aslinya, berisi sekitar dua puluh hingga tiga puluh rumah sederhana di kelilingin oleh beberapa ladang, pohon pala dan masih banyak hutan. Tempat pertemuan masyarakat Hamparan perak dan Sukapiring. Para Datuk yang terpisahkan oleh sungai, biasa berkumpul untuk main dadu dan sabung ayam. Di seberang sungai ( Ket : dari kampung Medan Putri ) terdapat kampung Kesawan.
IN MEMORIAM KAMPUNG KESAWAN
Nienhuys memindahkan kantor perusahaanya, Deli Maatschappij, dari Labuhan ke Medan, karena letak Medan yang lebih tinggi dari Labuhan dapat terhindar dari banjir.
Ket : Kantor Deli Maatschappij sekarang berada di Jl Tembakau Deli – Kesawan.
1879 :
Perkembangan Medan yang begitu pesat, juga membuat pemerintah kolonial Belanda memindahkan kedudukan Asisten Residen Deli dari Labuhan ke Medan.
Ket : kantor Resident Deli berada di Jl Sukamulia – Medan.
1886 :
Pada tanggal 31 Maret 1886, Datuk Rastam Kesawan bersama Srie Paduka Soeltan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah, Radja Negeri Deli sudah mufakat, dengan Deli Maatschappij membagi sepotong tanah dengan batas yang tersebut sebelah timur jalan besar, batas sebelah ilir jembatan tangsi, batas sebelah barat sungai deli, sebelah hulu parit besar dibelakang rumah letnan Kompeni tangsi
1887 :
Pemerintah kolonial Belanda memindahkan ibukota Keresiden Sumatera Timur yang awalnya di Bengkalis ke Medan pada 1 Maret 1887
1888 :
pada tanggal 26 Agustus 1888, Sultan Deli, Tuanku Sulthan Makmun Al- Rasyid, mulai mendirikan Istana Maimun di Medan. Namun, secara resmi Sultan Makmun Al- Rasyid dan keluarga kerajaan pindah ke Medan dan menempati Istana Maimun pada 18 Mei 1891.
1891 :
Pada tanggal 1 Januari 1891, Sultan Deli dan Deli Maatschappij sepakat, lahan seluas 225 Ha yang berada di wilayah kesawan dan sekitarnya , terlepas dari kontrak concessie Mabar Deli Tua. hibah ini di kenal dengan nama Grant No 1,
Seri Paduka Tuanku Sulthan Deli ada berjanji dengan congsi Deli Maatschappij menetapkan rakyat punya tanah di dalam satu-satu kampung :
1. Kampung Baru 162 Bouw
2. Kampung Tebing tinggi 40 Bouw
3. Kampung Mabar dan Martubung 140 Bouw
4. Kampong Kesawan 146 Bouw
5. Kampung Glugur 60 Bouw
PERTUMBUHAN KANTOR , SARANA DAN PRASARANA DI WILAYAH KAMPUNG KESAWAN SEKITARNYA
Dalam mempersiapkan Medan sebagai ibukota Keresidenan Sumatera Timur pada 1887, maka pemerintah kota bersama Gemeente Fonds pada 1886 telah mulai mempersiapkan cara untuk membenahi kota, agar pantas menyandang kedudukan tersebut. Sarana dan prasarana kota pun diperbaiki seperti penggantian saluran-saluran lama dengan drainase yang baik, pengaspalan jalan jalan kota, penerangan jalan dipasang, persediaan air minum yang baik dan lain- lainPERTUMBUHAN KANTOR , SARANA DAN PRASARANA DI WILAYAH KAMPUNG KESAWAN SEKITARNYA
Masuknya modal asing untuk membuka perkebunan di wilayah Medan telah membawa perubahan tersendiri bagi Kota Medan Putri khususnya Kampong Kesawan, Perubahan ini terlihat dari banyaknya kantor-kantor perusahaan perkebunan besar yang mulai dibangun di kampong Kesawan ketika itu serta sarana dan prasarana menjadi sebuah kota modern, diantaranya kantor Deli Maatschappij, kantor Deli Batavia Mij, Tabak “Arendsburg” Mij, Kantor Pos, Rumah Sakit Deli Maatschappij sekarang Rumah Sakit Perkebunan Nusantara, Gedung Balai Kota, javasche Bank sekarang Kantor Bank Indonesia, Hotel de Boer sekarang Hotel Dharma Deli, Kawasan pusat pertokoan Kesawan, Super Market Waren Huis pernah dipakai menjadi Kantor Dinas Tenaga Kerja, Stasiun Kereta Api Milik Deli Spoorweg Maatschappij, Kantor AVROS, Gereja Katolik, Pusat Pasar atau Central Market, Pertokoan Pasar Ikan lama, rumah Chong Afie, Kantor Perusahaan Karet Hock Lie dan lapangan Esplanade sekarang di Kenal dengan nama Lapangan Merdeka Medan
KESAWAN KINI
Pembenahan kawasan Heritage merupakan salah satu fokus dari lima Program Prioritas Kota Medan. Untuk itu Pemko Medan berkomitmen melakukan perbaikan di kawasan Heritage khususnya di kawasan Kesawan. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan suasana zaman dahulu di kawasan tersebut dengan Bangunan bersejarahnya. pembenahan Kawasan Heritage Kesawan sudah setahap lebih jauh. Pemko Medan telah membentuk Badan Pengelola Kawasan Kota Lama Kesawan (BPK2LK), dimana Lembaga Non Struktural yang keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah daerah, swasta dan masyarakat ini memiliki wewenang kewenangan konservasi dan revitalisasi Kawasan Kota Lama Kesawan serta mengelola seluruh kegiatan-kegiatan yang berada pada Kawasan Kota Lama Kesawan.
Dengan sejarahnya yang sangat panjang, maka tak heran jika kawasan Kesawan mempunyai beberapa keistimewaan dan tempat tersendiri bagi para warga Medan yang sudah lama menetap di kota tersebut. Hal ini juga menjadi alasan bagi kita untuk menjaga dan melestarikan situs bersejarah kita agar nantinya semua itu dapat disaksikan juga oleh anak dan cucu kita. Aku berharap semoga acara yang hebat dan sangat bermanfaat seperti ini dapat diikuti oleh lebih banyak anak muda terutama Gen Z dan menumbuhkan kesadaran yang lebih terhadap mereka tentang sejarah kota mereka sendiri.