Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2022

Bubur Pedas Warisan Kesultanan Deli

  Hari ini seperti biasanya, ibu menyuruhku membantunya memasak. İbu membuat arsik ikan dan sayur daun ubi tumbuk. Namun kali ini agak berbeda. Usai menghidangkan makanan dan makan siang, ibu kembali berselancar di dapur. Aku penasaran. Kira-kira apa lagi yang mau ibu buat ya? Dengan sangat penasaran aku menghampiri ibu tampak membagi-bagi beras yang ada di tempat penyimpanan beras kedalam beberapa wadah. “Ibu mau buat apa?” aku bertanya sambil memperhatikan ibu. “Ibu mau buat bubur pedas,” jawab ibu. “Bubur pedas itu apa Bu? Apakah bubur pedas itu seperti bubur yang dijual di warung makan dengan suwiran ayam di atasnya, Bu?” tanyaku masih penasaran. “Bukan, Hartinah. Bubur pedas itu berbeda dengan bubur yang biasa dijual. Kalau yang biasa dijual itu namanya bubur ayam,” jawab ibu. Aku ber-oh panjang. “Memangnya apa yang membedakan bubur pedas dengan bubur biasa, ibu?” “Bubur pedas adalah salah satu makanan khas Melayu. Dinamakan bubur pedas bukan karena cita rasanya yang

Lukisan Senja

Gambar
  “Eh, apa kalian sudah tahu kabar terbaru tentang Pak Zass?” samar-samar aku mendengar suara seorang wanita. Aku penasaran saat mendengar nama ayahku disebut. Maka aku diam-diam menguping pembicaraan itu. Saat itu aku sedang menunggu adikku membeli roti di toko roti dekat rumah. “Hah? Pak Zass suami bu Aya?”  “Iya. Kabarnya dia sudah bercerai sekarang.” "Loh, baru tahu? Dia kan memang sudah lama bercerai.." Deg! Seketika jantungku berdetak kencang tak beraturan. Aku sangat terkejut mendengarnya. Ayah dan ibu sebenarnya sudah bercerai sejak lama? Kenapa aku tidak diberi tahu? Padahal selama ini aku melihat hubungan mereka baik-baik saja dan tidak ada masalah. Apa yang mereka sembunyikan dariku selama ini? Kenapa mereka bercerai? Apakah kabar ini benar, atau hanya rumor semata. Ribuan pertanyaan menghantui pikiranku. Aku tidak terima jika ayah dan ibu bercerai. Ibu harus menjelaskan kepadaku tentang perceraian ini. Masih dengan rasa gugup aku menyelesaikan transaksi di kasir. 

Serangkai Asa Untuk Melati

  Pagi itu agak berbeda dari biasanya. Di dalam rumah suasana begitu sepi meski aku dapat mendengar dengan laju kendaraan yang lewat di pinggiran rel kereta api. Rumahku memang ada di dekat rel kereta api. Beberapa orang kadang memanggilku anak pinggiran kereta api. Aku tak terlalu suka panggilan itu. Tak apa, walaupun begitu mempunyai rumah di dekat rel kereta api juga menyenangkan. Kita bisa mendengar dan melihat kereta api saat dia lewat. Meskipun masih beberapa menit usai shubuh, biasanya jam segini di rumahku sedikit ramai karena komando seseorang. Hanz adik laki-lakiku baru saja keluar kamar mandi. Sedangkan aku baru saja merapikan kamarku. Aku masih saja merasa ada yang kurang. Aha! Aku baru teringat akan satu orang yang kurang dan sangat penting dalam hidupku. Ibu. “Hanz, dimana ibu?” tanyaku. “Tidak tahu kak. Dari tadi aku nggak lihat ibu,” jawab Hanz kemudian berlalu dari pandanganku dan kembali menyelesaikan pekerjaannya. Aku berjalan ke arah kamar ibu dan membuka pi