Aku masih ingat ketika masih duduk di bangku SD, hampir semua menu makanan yang aku makan di kantin dan milik teman-temanku sebagian besar menggunakan minyak. Dari goreng-gorengan, ayam sambal, hingga tumis kangkung. Tak hanya itu, sepulang sekolah juga banyak penjual dagangan yang menjual goreng-gorengan seperti bakso, nugget, hingga kripik goreng.
Pemandangan ini tidak hanya terjadi di sekolah, di rumahku pun keadaannya tak jauh berbeda. Ketika adik nenek tinggal bersama kami, aku sering melihat orang-orang di dapur menggoreng tahu, tempe, hingga ikan menggunakan minyak sawit dalam jumlah yang banyak dalam satu kuali. Ketika minyak menipis, selalu ditambah dengan minyak baru untuk menghindari gorengan lengket di kuali karena kekurangan minyak. Hal itu membuat tak jarang —bahkan hampir tiap hari— di rumah kami terdapat banyak minyak goreng bekas (jelantah).
Dalam beberapa periode orang-orang di dapur biasanya kembali menggunakan minyak itu dua kali untuk menggoreng setelah sebelumnya selesai disaring. Warna minyak tua kecoklatan itu membuatku sering enggan menggunakannya kembali untuk menggoreng makanan seperti telur. Biasanya minyak dipakai sampai 3 atau 2 kali pemakaian, jika dalam waktu lama tidak ada moment menggoreng maka minyak akan terbuang sia-sia ke selokan atau tong sampah.
Hal itu sempat menarik perhatianku dan membuatku bertanya-tanya apakah ada cara yang dapat dilakukan agar minyak tersebut tidak terbuang sia-sia. Apalagi di kemudian hari aku mengetahui jika membuang minyak ke selokan dapat menyebabkan kerusakan pada saluran selokan. Syukurnya, pemandangan seperti ini tidak kudapati lagi di rumahku ketika aku beranjak tumbuh seiring dengan bertumbuh dan meluasnya ilmu. Salah satunya tentang pengolahan limbah jelantah.
Dampak Buruk Jelantah bagi Kesehatan
1. Mengandung senyawa karsinogen
2. Meningkatkan resiko penyakit jantung
3. Menyebabkan gangguan saraf dan fungsi otak
4. Mengganggu sistem pencernaan
5. Melemahkan sistem imun
Dulu aku sama sekali nggak menyadari hal ini. Aku hanya tahu kalau terlalu banyak makan goreng-gorengan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, namun ternyata minyak yang digunakan berulang kali dalam menggoreng juga dapat mempengaruhi risiko tersebut.
![]() |
Kelompok kami saat proses membuat sabun |
Olah Jelantah jadi Berkah
Pada ahad, 25 Mei 2025 aku mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Yayasan Sekolah Fitrah Khalilah yang bekerjasama dengan FOLU NC23 dalam program pengolahan minyak jelantah menjadi sabun. FOLU NC23 sendiri merupakan layanan masyarakat untuk lingkungan hidup kerjasama antara Indonesia Norwegia. Tidak hanya sekedar membuat sabun, kegiatan ini diharapkan membuat peserta memahami dampak minyak jelantah bagi kesehatan dan lingkungan, mengolah limbahnya dari rumah, atau bahkan membuka peluang ekonomi dari produk sabun cuci yang dihasilkan.
Minyak jelantah tak hanya dapat diolah menjadi sabun namun dapat didaur ulang menjadi beberapa produk yang bermanfaat lainnya, antara lain:
1. Biodiesel yang mampu mengurangi emisi korban dan bisa digunakan untuk kendaraan diesel
2. Lilin aromaterapi yang dicampur dengan lilin kedelai dan esensial oil, membuatnya lebih ramah lingkungan dan wangi.
3. Pelumas mesin non-industri untuk engsel pintu rantai sepeda dan peralatan rumah tangga yang mampu mengurangi gesekan dan alternatif murah dari pelumas kimia.
4. Bahan campuran Cat dan Varnish yang memiliki daya sebar dan daya rekat tinggi dan dapat digunakan sebagai pelapis kayu atau logam dengan karakter minyak.
5. Dan terakhir sabun cuci baju, sabun cuci piring, hingga sabun batangan untuk kebutuhan rumah tangga lainnya.
Di pelatihan itu kami membuat sabun dengan Metode Cold Process. Dalam pembuatan sabun jelantah kemarin, kami diberi informasi dalam pembuatan sabun bisa dengan dua metode. Cold Process dan Hot Process.
Metode Cold Process
Dalam metode ini, minyak jelantah dicampur dengan larutan NaOH (soda api) tanpa dipanaskan, lalu diaduk hingga mengental (trace) dan didiamkan selama beberapa minggu untuk proses saponifikasi dan curing (pematangan).
Kelebihan:
• Bahan aktif dan aroma alami bisa lebih terjaga karena tidak dipanaskan.
• Bisa dikreasikan bentuk dan warna sesuai selera.
• Lebih ramah lingkungan, cocok untuk pemula dan home industry.
• Sabun hasil Cold Process memiliki tekstur halus, keras, dan tahan lama.
• Menjaga glycerin alami dalam sabun, baik untuk melembabkan kulit.
Kekurangan:
• Proses curing lama (2–6 minggu), tidak bisa langsung dipakai.
• Harus sangat hati-hati dengan takaran NaOH, karena sabun bisa terlalu keras atau iritatif.
• Kurang cocok untuk produksi massal cepat.
Metode Hot Process
Metode ini hampir sama seperti cold process, namun campuran minyak dan NaOH dimasak dalam suhu tertentu selama beberapa jam (biasanya dengan slow cooker atau double boiler) untuk mempercepat saponifikasi.
Kelebihan:
• Sabun bisa digunakan lebih cepat (hanya butuh curing 1–7 hari saja).
• Lebih aman untuk memastikan semua NaOH sudah bereaksi, jadi minim iritasi.
• Cocok untuk skala industri kecil yang butuh produksi lebih cepat.
Kekurangan:
• Proses lebih lama dan butuh energi panas.
• Tekstur sabun kurang halus atau kurang cantik untuk bentuk-bentuk kreatif.
• Beberapa bahan sensitif bisa rusak karena suhu tinggi.
Hal yang Perlu Diperhatikan
Dalam proses pembuatan sabun minyak jelantah, kita harus memperhatikan beberapa hal ini untuk menjaga keselamatan selama proses pembuatan.
• Lakukan proses pembuatan sabun di tempat terbuka yang memiliki ventilasi udara yang baik
• Menggunakan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dan kacamata. Hal ini penting untuk memastikan keselamatan kita selama proses pembuatan sabun karena akan bersinggungan dengan bahan-bahan kimia.
• Menggunakan peralatan khusus untuk membuat sabun (maksudnya tidak mencampur alat-alat pembuatan sabun dengan alat-alat untuk membuat makanan).
![]() |
Adonan sabun-ku yang sudah selesai dan siap melalui tahap curing |
Yang Kita Butuhkan
1. Baskom stainless
2. Sendok kayu/spatula
3. Gelas ukur
4. Timbangan digital
5. Hand blender/Mixer
6. Cetakan sabun (bisa pake yang silicon ataupun yang kayu)
7. Sarung tangan, masker, dan kacamata pelindung (opsi).
Komposisi yang Dibutuhkan
• Air Distilasi (air tampungan AC, air sumur, dll). Tidak bisa memakai air PDAM
• NaOH (soda api)
• Minyak Jelantah Bersih (minyak jalan tah yang sudah direndam dengan arang aktif atau bleaching earth untuk membersihkan zat racun)
• (Opsional) Fragrance Oil/Essential Oil
• (Opsional) Pewarna Alami/Pewarna Mika
Langkah Menuju Kebermanfaatan lewat Sabun
1. Langkah Pertama
• Saring minyak jelantah dengan kain atau saringan halus
2. Campurkan NaOH dan air (larutan alkali)
• Kenakan sarung tangan dan pelindung mata
• Tuang NaOH ke dalam air secara perlahan (jangan terbalik melakukannya), lalu aduk perlahan hingga larut
• Biarkan dingin hingga suhunya turun sekitar 35 sampai 40°C
Catatan : reaksi ini menghasilkan panas dan uap, sehingga disarankan untuk dilakukan di tempat terbuka atau berventilasi baik.
3. Campurkan Minyak dan Larutan Alkali
• Tuangkan larutan NaOH ke dalam minyak jelanta yang sudah disaring
• Aduk terus-menerus selama 10 sampai 15 menit sampai adonan mengental seperti bubur (trace)
• Tambahkan pewangi, pewarna alami, atau bahan tambahan lain.
4. Tuang ke Cetakan
• tuangkan adonan ke dalam cetakan sabun silikon maupun kayu
• tutup dengan kain dan biarkan selama 24 sampai 48 jam di suhu ruang agar mengeras
5. Keluarkan dan Potong
• Keluarkan dari cetakan setelah mengeras dan potong sesuai ukuran yang diinginkan.
6. Proses Curing (Pematangan)
• Sabun minyak jelantah sudah selesai namun harus melewati masa curing terlebih dahulu. Simpan sabun di tempat yang kering dan sejuk selama 4 sampai 6 minggu agar kadar pH turun dan sabun lebih aman untuk digunakan.
![]() |
Hasil sabun buatanku setelah selesai proses pematangan (curing) |
Setelah mengikuti pelatihan ini, aku merasa bersemangat untuk membagikannya kepada banyak orang lewat tulisan maupun lisan. Sangat bersyukur mendapat kesempatan dari Tim Sekolah Fitrah Khalilah×FOLU NC23 untuk mengikuti Program Pelatihan olah Jelantah Menjadi Berkah ini. Sama seperti harapan Bu Yeni selaku founder Sekolah Fitrah Khalilah, aku juga berharap agar kami sebagai peserta mampu untuk menyebarluaskan ilmu ini dan mengedukasi masyarakat agar mengolah limbah jelantah menjadi lebih bermanfaat lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar