Begitu Cepat

“Bu guru, nanti kita berenang lagi ya!” seru Varo girang saat aku membantunya mandi dan berganti pakaian saat sehabis berenang.

“Hmm..kalau dari sekolah kita sudah tidak ada kegiatan berenang lagi bang. Tapi bang Varo bisa ajak mama pergi berenang lagi kalau hari libur,” kataku padanya.

“Oh iya, ya. Nanti Varo ajak mama kesini lagi deh,” katanya menyungging senyum manisnya.

Hari ini aku cukup lelah dengan kegiatan outing class dari sekolah ke sebuah kolam renang. Sebenarnya tema minggu itu tidak terkait dengan air, api, dan udara, atau apapun yang berkaitan dengan kolam renang. Namun para guru sepakat untuk memasukkan kegiatan berenang ini ke dalam kegiatan olahraga.

Hal ini bermula ketika seorang anak protes ke mamaknya lantaran dia tidak pernah melakukan outing class dari TK. Tidak seperti kakak sepupunya yang masih sekolah di gedung yang sama. Selain itu juga karena banyak anak – anak murid yang minta request bertamasya.

Memang selama ini kegiatan outing class dan berpergian ditiadakan semenjak covid 19. Setelah diperbolehkan tatap muka pun, pihak sekolah masih khawatir untuk membawa anak – anak melakukan kegiatan outing class. Akhirnya setelah mendengar banyaknya permintaan untuk sekolah agar melakukan tour, kami sepakat untuk pergi ke kolam renang.

Sederhana. Namun bisa membuat mereka sangat bahagia dan menjadi topic trending diantara mereka berhari – hari sebelum hari H. Karena besarnya antusias anak – anak tersebut, orang tuapun akhirnya diperbolehkan untuk ikut juga jika ingin menemani. Termasuk ibu Varo tentunya.
Anak – anak TK memang biasanya menunjukkan ketertarikan yang sangat besar pada kegiatan belajar di luar ruangan atau pada saat bertamasya. Karena pada saat itu mereka bisa istirahat sejenak dari kebosanan mereka yang sehari – harinya belajar di dalam ruang kelas.

Varo adalah salah satu anak murid di sekolah tempat aku magang. Dia masih duduk di kelas TK A. Perawakannya kecil dengan wajah hitam manis khas India. Dia adalah anak tunggal yang telah lama dinantikan kedua orangtuanya, terlebih lagi ibunya. Karena itu tidak heran dia amat disayangi oleh ibunya. Hal ini terlihat ketika di berbagai acara, ibunya selalu menyempatkan diri untuk menikmati momen bersama anaknya. Meskipun anak tunggal yang disayangi, Varo tidak seperti kebanyakan anak – anak tunggal lainnya. İa tidak manja ataupun egois untuk mendapatkan sesuatu.

Rumah Varo berada di dekat sekolah. Setiap hari ia bersama seorang tetangga dekatnya yang juga muridku berjalan kaki ke sekolah. Dia anak yang baik, sopan, dan penurut. Dia juga supel dan ramah. Perawakannya yang menyenangkan membuat semua teman – temannya senang berteman dengannya. Para gurupun memiliki kesan yang positif terhadapnya.

Aku ingat sekali pada saat sesi perkenalan di awal – awal masuk sekolah, Varo termasuk anak yang berani dan percaya diri saat ditanya tentang identitas dirinya.

“Nama saya Al Varo. Saya tinggal di gang sebelah sekolah,” katanya saat itu. İa pun tidak malu saat ibu guru memintanya untuk bernyanyi ke depan di hari pertamanya sekolah. İa memiliki kepercayaan diri yang sangat baik.

Al Varo termasuk anak yang paling taat beragama. Biasanya pada saat sebelum masuk kelas, aku dan guru – guru yang bertugas piket untuk apel pagi akan bertanya kepada anak – anak tersebut tentang siapa diantara mereka yang sudah shalat shubuh dan tidak pernah bolong menjalankan kewajiban shalat lima waktu. Saat itu, semua anak – anak angkat tangan. Mungkin sebagian anak yang tidak mengerjakannya akan merasa malu jika tidak mengangkat tangan. Terlebih semua temannya unjuk tangan sementara dia tidak.

“Hayoo jujur. Siapa yang benar – benar shalat shubuh dan shalat lainnya? İbu guru tidak marah loh, kalau misalnya kalian tidak shalat. İbu hanya bertanya dan tidak akan marah. İbu malah akan sedih kalau kalian tidak jujur,” kataku pada mereka.

Perlahan, beberapa orang menurunkan tangannya. Hanya ada segelintir anak kurang dari lima yang tetap mengangkat tangannya. “Wah, masyaallah. Ternyata ada yang tadi pagi sudah shalat shubuh ya? İbu senang sekali karena kalian sudah jujur. Buat yang tadi pagi shalat shubuh, besok – besok tetap shalat ya. Buat yang belum, besok mulai dibiasakan ya. Minta bangunkan sama orangtuanya untuk shalat,” kataku kemudian.

Al Varo menjadi anak yang paling konsisten mengangkat tangan pada saat aku dan guru – guru yang lain bertanya tentang ibadah dan kewajiban lainnya. Hanya satu dua kali ia tidak shalat dikarenakan sakit. Awalnya, para guru tidak percaya bahwa ia setiap hari shalat shubuh berjama’ah di masjid, namun para warga sekitar memang memberikan kesaksian saat bercerita tentangnya, bahwa Al Varo memang anak yang rajin beribadah ke masjid.

Pernah suatu ketika masjid dekat sekolah mengadakan lomba tahfidz, azan, peragaan shalat dan fashion show. Al Varo dengan semangat menceritakan bahwa ia akan mengikuti lomba azan bersama seorang muridku. Hasil perlombaan mengungumkan bahwa mereka menang. Al Varo dan muridku itu mendapat hadiah sebuah peci. Dia dengan antusias menceritakan tentang perlombaan itu dan menunjukkan hadiahnya kepada kami.

Al Varo juga termasuk anak yang sangat gemar berbagi. İa sangat peka dan peduli terhadap kebutuhan teman – temannya. Pada saat ada temannya yang tidak membawa bekal makan, ia dengan rela memberikan jajanannya. İa tidak memberikan satu, namun sebungkus penuh untuk temannya yang tidak membawa bekal. Padahal guru – gurunya juga sudah mewanti – wantinya untuk memberikan sedikit saja. Namun dia tidak mau dan bersikeras memberikan lebih banyak.

“Tidak apa – apa bu, saya masih ada jajan lain.” Katanya saat kami menegurnya. Bukan apa – apa, kami hanya khawatir ia kurang dan kelaparan selama jam pelajaran kedua.

Tahun 2022, Varo bersama teman – teman seangkatannya melakukan wisuda. Tubuh mungilnya berbalut baju wisuda. İa mengenakan topi dan memegang toga. Pada sesi pemotretan ini, terlihat antusiasme ibunya Varo yang meminta secara khusus agar waktu acara wisuda bisa dimundurkan karena ibunya ingin berfoto dengan anaknya setelah cuti kerja setengah hari.
Pada saat pembagian raport, ia datang bersama ayah dan ibunya. Bocah kecil yang sangat baik itu tak henti – hentinya menyungging senyuman manisnya, terutama pada saat ia mendapat hadiah botol minum dan piala dari sekolah.

“Terimakasih karena sudah mengajar Varo, bu.” Katanya sambil memeluk dan menyalami kami satu persatu.

Terakhir kali aku melihatnya bermain di halaman masjid bersama tetangganya pada saat aku dan seorang rekan kerja sedang piket untuk penerimaan anak didik baru. İa terlihat malu pada saat aku menyapanya. Mungkin karena pada saat itu ia hanya menggunakan baju dalam dan celana pendek. Senyumnya masih sama seperti dulu dan tidak pernah berubah.
Namun takdir begitu indah terlukiskan. Siapa yang menyangka bahwa itu terakhir kalinya aku melihatnya masih dalam keadaan sehat sebelum sebuah tragedi memilukan terjadi.

Senin pagi aku melihat status WhatsApp kepala sekolah yang memposting foto wisuda Al Varo dengan caption perpisahan. Sontak aku kaget dan menanyakan apa yang terjadi kepada kepala sekolah kami. Ternyata Al Varo sudah meninggal kemarin sore, dan kepala sekolah semalam baru saja melayat ke rumahnya. Kabar yang dadakan itu membuat tidak semua guru bisa hadir dan dihubungi, karena besok paginya jenazah Al Varo akan segera dikebumikan. Karena jarak antara lingkungan rumahku dan sekolah hanya sejauh antara istana Maimun dan Masjid Raya, maka berita kematiannya pun menyebar cepat hingga aku tahu kronologi kejadiannya.

Pada siang itu Al Varo baru saja selesai shalat zhuhur di masjid ketika sang bunda lewat masjid dan hendak menjemput Al Varo untuk diajak pergi. Al Varo pun meminta request berenang ke kolam renang yang dia kunjungi bersama teman – teman TK nya dulu. Akhirnya mereka pergi kesana.
Kolam berenang tersebut ada dua tempat. Tempat pertama memiliki tiga kolam. Satu untuk anak – anak balita, kedua sedang, dan ketiga untuk orang dewasa. Sementara kolam berenang kedua hanya ada satu dan hanya untuk orang dewasa. Yang kemarin kami kunjungi, dan yang Varo kunjungi adalah kolam berenang di tempat pertama. Menurut pengakuan ibunya dan yang terekam dari kamera CCTV, saat itu ibu Varo memang terlihat ke kamar mandi. Varo saat itu duduk di dekat kolam renang sedang sambil makan pop mie. Kebetulan kolam renang yang sedang dan yang dewasa saling bersebrangan dan hanya berbatasan dengan beberapa keramik.

Tiba – tiba segerombolan orang dewasa atau anak remaja lewat dengan liar. Varo yang bertubuh mungil itu terpeleset dan tercebur ke kolam renang orang dewasa tanpa ada satupun orang dewasa di kolam renang itu yang menyadarinya. Pop mie nya terjatuh di lantai. Tubuhnya tenggelam. İa terlihat gelagapan hingga bahkan mie yang di mulutnya termuntahkan keluar karena ia sudah keminum banyak air kolam. Namun tetap tidak ada yang menyadari bahwa ia memerluka bantuan hingga tubuhnya mengambang dan beberapa orang melihat mie dari mulutnya yang mengambang di air.

“Eh, ada anak kecil tenggelam!!” seru orang – orang panik.

Suasana heboh terjadi. Tubuh Varo diangkat dan dibawa ibunya ke rumah sakit. Namun, takdir berkata lain. Karena pada saat di rumah sakit, Varo sudah menghembuskan nafas terakhirnya.

Aku yang mendengar berita itu menjadi sedih. Bukan hanya karena dia adalah salah satu anak murid terbaikku yang selalu patuh dan sopan. Melainkan aku juga sedih membayangkan perasaan ibunya saat melihat anak semata wayangnya meninggal di usia yang muda oleh kejadian yang tidak disangka – sangka. Al Varo adalah anak yang sudah lama dinantikan kedua orangtuanya sepanjang pernikahan mereka. Dan katanya ibunya memang tidak mempunyai anak lagi selain Al Varo.

Kabar itu sempat menghebohkan sebagian warga Medan. Pada saat aku berada di rumah sakit untuk menjenguk keluargaku yang sakit, aku kebetulan berpapasan dengan dua orang ibu – ibu yang saling kenal dan bertemu di rumah sakit. Kebetulan salah satu diantara mereka beralamat di dekat kolam renang tersebut, mereka mengobrol tentang kejadian Al Varo. 
Salah satu dari mereka sempat menyayangkan penutupan kolam renang karena kejadian itu. Aku sangat kecewa mendengarnya. Namun tidak ingin mendebat, biarkan saja mereka berpendapat.
Kolam tenang itu pun akhirnya ditutup oleh polisi. Namun, aku kecewa sekali karena tidak sampai sebulan, kolam renang itu dibuka kembali dan tetap beroperasi seperti biasa. Padahal, kematian Al Varo kembali mengungkap fakta bahwa Al Varo bukan korban yang pertama harus meregang nyawa di kolam renang itu. Sudah ada beberapa korban lainnya sebelum kami mengunjungi tempat itu. Tidak ada sikap bertanggung jawab dari pihak kolam renang. Seharusnya semenjak adanya korban yang pertama kali tumbang, pihak kolam renang semakin memperketat pengawasan dan pengamanan di setiap kolam renang. Karena sebelum dan sesudah kejadian, suasana kolam renang masih tetap sama. Tidak ada penjaga yang mengawasi kolam berenang tersebut.

Semenjak tragedi yang menimpa Al Varo, pihak sekolah sempat menjadi khawatir untuk mengajak outing class ke kolam renang. Namun tahun ini akhirnya kami melaksanakan kegiatan berenang juga di kolam renang lainnya dengan alasan. Kejadian Al Varo terjadi di luar kegiatan sekolah. Aku pun sudah menutup diri untuk datang ke kolam renang itu lagi. Walaupun harganya tiket masuknya cukup murah dan lokasinya yang dekat dari rumah, namun aku masih kecewa dengan kurangnya respon pihak kolam renang untuk memperketat penjagaan.

Al Varo... selama berbulan – bulan aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa ia sudah tiada. Aku masih belum menerima kenyataan bahwa ia sudah pergi untuk selamanya. Begitu cepat. Hingga bahkan aku, para guru, dan mungkin juga ibunya tidak menyadari bahwa ia akan pergi dengan cara itu. Berulang kali aku meyakinkan diri bahwa dia memang sudah pergi. Bahwa semua ini adalah bagian dari takdir Tuhan. Bahwa kita tidak tahu ada rahasia apa dibalik setiap takdir yang sudah digariskan Tuhan untuk setiap manusia.
Al Varo, ibu yakin kamu sudah tenang di surga bersamaNya. Semua orang yang mengenalmu membicarakan kebaikan tentangmu. Orang baik akan ditempatkan di tempat yang baik. Kau adalah anak yang berbakti dan berbudi pekerti. Nak, terimakasih karena pernah hadir dunia ini. İbu sangat bersyukur bisa bertemu dengan anak teladan sepertimu. İbu belajar banyak tentang kebaikan darimu. Kau adalah salah satu guru kecil ibu yang sangat luar biasa hebat. İbu yakin, Allah sudah menyiapkan yang terbaik untukmu dan kedua orangtuamu. Mungkin kau adalah jembatan yang memudahkan kedua orantuamu menuju surga.

Selamat jalan Al Varo sayang, teladan dan kebaikan yang kau lakukan tidak akan pernah hilang meskipun kau sudah tiada.

Komentar

  1. Miris melihat tragedi tersebut. Seringkali kecelakaan akibat kelalaian oranglain. Kolam renang dengan situasi seperti itu wajib ada pengawas yang standby

    BalasHapus
  2. Allah lebih sayang pada Al Varo. Memang semestinya di setiap kolam renang ada lifeguard-nya yang akan siap siaga saat ada situasi tak terduga.

    BalasHapus
  3. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Allah sayang sama Varo. Semoga untuk ke depannya, lebih ditingkatkan lagi keamanannya.

    BalasHapus
  4. Jadi ingat sama kolam renang dekat rumah sini, meskipun gak begitu mahal tapi tetep ada pengawasan loh..
    Makanya banyak juga sekolah yang punya jadwal renang di situ.

    BalasHapus
  5. Bermain di kolam renang itu memang sangat menyenangkan. Tidak hanya bagi anak-anak, orang dewasa pun kerap memilih kolam renang sebagai tempat rekreasi. Namun, di sisi lain kolam renang juga merupakan tempat yang rawan bahaya. Kita harus ekstra waspada saat berada di sana.

    BalasHapus
  6. Miris sekaligus sedih mendengar kisah Al Varo ini. Sudah seharusnya anak-anak yang bermain di kolam renang mendapatkan pengawasan dari orang dewasa, dan sebelum berenang diberi tahu dulu langkah-langkah tepat kepada anak-anak untuk bisa cegah kejadian ini. Ini jadi pembelajaran yang amat sangat mahal

    BalasHapus
  7. Turut sedih membaca kisah al varo, pihak kolam renang haruanya belajar dari pengalaman. Sudah ada beberapa korban, namun tidak menyiapkan pengawasan. Harusnya ada yang dihukum atas tragedi itu

    BalasHapus
  8. Tidak bisa dibayangkan betapa sedihnya orang tua AlVaro anak semata wayangnya itu pergi untuk selama2nya. Mungkin dalam hatinya ia pun menyesal, kalau saja ibunya tidak pergi ke kamar mandi tentu Alvaro masih dalam pengawasannya.

    BalasHapus
  9. Jangankan orang tuanya, saya aja ini membacanya sambil nangis. Ya Allah, kalau bukan karena takdir Mu, saya juga sangat menyayangkan sebaik Al Varo bisa pergi dengan cara seperti itu...

    BalasHapus
  10. Tak sangka akhirnya ... 🫣
    Memang seharusnya ada yang senantiasa memantau keamanan kolam renang dari pemilik atau pengelolanya ya karena kecelakaan bisa terjadi sewaktu-waktu 😢

    BalasHapus
  11. Anak tunggal korban kecelakaan kelalaian pengawasan orang dewasa, karena tidak ada tanggungjawab. Indonesia kan emang gitu sistemnya, baru ada korban baru bertindak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, tapi yang ini pihak kolam renang nya selalu lolos hukum. Padahal udah banyak korban jatuh. Cuma ditutup sebentar, udah bisa beroperasi lagi seperti biasa

      Hapus
  12. Kebayang kan sedihnya.. Itu anak tunggal, flash back kembali alvaro adalah anak yang lama dinanti kehadirannya.. Hikss

    BalasHapus
  13. Innalillahi wa inna ilahi rajiun. Sepertinya ini base on the true story yang kak Yumna. Yah, namanya juga menjadi bagian dari takdir. Semoga kedua orang tuanya bisa tabah dan diberikan kebahagiaan dari pintu yang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. İya kak Henny. Anak murid angkatan dua tahun lalu

      Hapus
  14. Memang sebaiknya saat berenang, harus ada 2 orang dewasa yang menemani. Tapi yang namanya maut gak ada yg tau ya kan, aq masih sedih baca cerita ini :'(

    BalasHapus
  15. Saya pernah dengar de kabar ini.
    Apa itu di kolam renang yang 'itu' ya?
    Jadi seperti itu kronologis kejadiannya.
    Dan Alvaro bukan satu-satunya korban di kolam renang itu?
    Sebelum-sebelumnya juga sudah ada korban?
    Apa korbannya anak-anak juga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, sampai ada anak remajanya jugak?
      Emang kolam renangnya seperti apa ya...
      Kalau anak kecil yang tenggelam, memungkinkan sih, tapi kalau anak remaja juga ada yang tenggelam, itu bagaimana ya

      Hapus
  16. Cerita di atas relate juga sebenarnya dengan kehidupan nyata ya kak. Anak seperti Alvaro harusnya bisa diawasi oleh orang dewasa atau penjaga di kolan renang tersebut

    BalasHapus
  17. Sedih sekali mendengar cerita ini. Apalagi Yumna sering cerita tentang kebaikan anak bernama Al varo ini. Semoga orangtuanya diberikan ketabahan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Haru di Hari Sabtu

Pentingnya Mengedukasi Remaja Tentang Kesehatan Mental

Teori Big Bang dan Kebenaran Al-Qur'an